Stress selama Karantina

Written : Ayu Hizza

COVID19 telah memasuki Indonesia di tahun ini. Kejadian ini mengancam kesehatan dan kehidupan ribuan bahkan jutaan masyarakat di Indonesia. Hal ini ditanggapi sebagai darurat kesehatan yang merebut perhatian Nasional bahkan Internasional. Beberapa kebijakan pun telah di import untuk mencegah penyebaran virus tersebut.

Semakin besar lonjakan kasus COVID19 di dunia hingga akhirnya dinyatakan sebagai Pandemi COVID19. Upaya yang dilakukan seperti Distancing, Karantina, Work from Home, dan bahkan Lockdown. Hal tersebut tentu memberikan masalah baru yang perlu dihadapi seperti terhambatnya beberapa aktivitas, kebiasaan yang tidak dapat dilakukan, bahkan harus mengadaptasikan diri dirumah dengan orang-orang. Hal tersebut memberikan dampak yang luar biasa bagi beberapa orang, didukung oleh sebuah Penelitian yang telah dilakukan King College London bahwa tingkat stress, dan anxiety lebih meningkat dibandingkan pada masa normal sebelumnya.

Terlalu lama Karantina di dalam rumah membuat beberapa orang kebingungan ingin melakukan sesuatu namun terhalangi oleh kondisi, sehingga mengakibatkan stress, maupun anxiety. Keadaan tersebut memungkinkan seseorang lebih cepat marah, sehingga pada masa karantina ini penting sekali untuk menjaga hubungan interpersonal. Contohnya saat kita terbiasa meletakan barang di tempat yang seharusnya, ketika ada orang rumah yang membiarkan benda tertentu tidak pada tempat yang seharusnya, hal tersebut membuat kita mudah merasa kesal dan marah.

Untuk mencegah hal tersebut tentunya kita bisa saja memikirkan hal yang telah direncanakan namun belum dilakukan, seperti membaca buku, bermain music, mencari hobi baru, bahkan membuat suatu inovasi. Menghabiskan waktu dengan hal yang lebih bermanfaat bagi kesehatan mental diri sendiri sehingga dapat mengurangi stress pada saat Karantina. Stay Health, Stay Safe ya Everyone !

 

Reference : Jia, R. et al. (2020) Mental health in the UK during the COVID-19 pandemic: cross-sectional analyses from a community cohort study. BMJ Open DOI: 10.1136/bmjopen-2020-040620